Pada hari ini tentu kita semua merasa lega dan bahagia, karena atas izin
Allah SWT selama bulan Ramadhan yang lalu, kita berhasil mengendalikan
bisikan hawa nafsu dengan melakukan serangkaian ibadah mahdlah dan ghairo
mahdlah, seperti: shalat tarawih, tadarus Al Qur’an, i’tikaf,
sedekah, zakat, dan sebagainya.
Dengan berkah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh, semoga kita
kembali mendapatkan fitrah (kesucian) laksana bayi yang baru dilahirkan
ibunya. Kesucian dan fitrah diri ini, diharapkan dapat memancarkan aura
positif, perasaan, pikiran, sikap, dan tindakan yang bersih dalam berbagai segi
kehidupan.
Di hari yang berbahagia dan fitri ini, kita dianjurkan menyebut nama Allah
dengan mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil serta
mengerjakan shalat sunnah. Inilah yang dinyatakan Allah SWT dalam firman-Nya
Surah al-A’la
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (15)
Sesungguhnya Beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
dan dia ingat nama Tuhannya, lalu ia bersembahyang.
Dalam suasana bahagia, sebagai muslim hendaknya kita saling mendoakan;
mudah-mudahan kita semua termasuk orang yang kembali ke dalam fitrah kesucian
dan beruntung sebagai pemenang. Iman Ahmad meriwayatkan tentang
perilaku para sahabat Rasulullah ketika bertemu sesamanya pada hari I’dul
Fitri, mereka mengucapkan
تقبل الله منا ومنكم تقبل ياكريم من العائدين والفائزين كل عام وأنتم
بخير
Mudah-mudahan Allah SWT menerima amal kami dan amal anda, semoga kita
termasuk orang-orang yang kembali (kepada fitrah) dan orang-orang yang
beruntung, semoga anda dalam kebaikan sepanjang masa.
Bulan Ramadhan yang penuh keistimewaan telah berakhir. Wajar bila di
antara bapak dan ibu yang gemar beribadah, yang gemar melakukan investasi amal,
ada yang merasa sedih ditinggalkan Ramadhan. Rasulullah SAW bahkan
mengingatkan
لو تعلم أمتى ما في رمضان لتمنوا أن تكون هذه السنة كلها رمضان
Sekiranya umatku mengetahui keistimewaan Ramadhan, mereka akan mengharap
agar semua bulan dalam setahun dijadikan Ramadhan……..
Selama bulan Ramadhan, kita digembleng untuk Zakat, Infaq, dan Shadaqah.
Rasulullah menegaskan dalam sabdanya,
خير الصدقة الصدقة في رمضان
Sedekah terbaik adalah sedekah di bulan Ramadhan
Pertanyaannya kemudian, apakah kita sanggup melestarikan semangat untuk Zakat, Infaq, Shadaqah di bulan-bulan lain di luar bulan Ramadhan? Bukankah kita sudah berkali–kali
melewati bulan Ramadhan, tetapi nyatanya umat Islam yang dililit
kemiskinan, kenapa kian hari makin bertambah? Kita akhir-akhir ini seringkali
melihat pemandangan yang menyedihkan:
(1) Rakyat Indonesia berbondong-bondong
ngantri mendapatkan jatah bantuan tunai. Bukankah kita yakin, mayoritas di antara
mereka yang ngantri itu umat Islam?
(2) Di Pasuruan Jawa Timur, setahun yang
lalu, beribu-ribu kaum fuqara’ dan masakin yang kebanyakan
kaum ibu, rela berdesak-desakan untuk mendapatkan Zakat yang nilainya tidak
seberapa. Di luar dugaan, pembagian zakat itu menelan korban 21
jiwa,
(3) Tidak itu saja, bahkan di Malang Jawa Timur, ada Wihara
yang secara khusus memberi ifthar umat Islam, selama bulan Ramadhan.
Semuanya ini makin mengukuhkan fakta, jumlah rakyat miskin di Indonesia
nyatanya semakin hari semakin bertambah banyak. Kalau demikian keadaannya,
kemenangan 1 Syawal bagi fuqara’ dan masakin hanyalah
kemenangan semu. Padahal Rasulullah bersabda, “Bila Orang Islam yang Kaya
mau membayar zakat---pasti tidak ada tetanggamu yang bertelanjang dada,
pasti tidak ada tetanggamu yang perutnya buncit kurang makan”.
Dr. H.
Fuad Thohari, M.A, Alumnus Pesantren Al-Falah
Ploso di Kediri, dosen tetap Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Posting Komentar