Berkorban adalah suatu tuntutan sosiologis, siapapun yang mau melangsungkan
hidup, mereka harus berkorban dengan apa yang ada pada mereka. Seseorang yang
mau berhasil mencapai suatu puncak karirnya harus mampu mengorbankan segala
keinginan yang mengganggunya.
Gambaran tentang pengorbanan ternyata menjadi landasan kehidupan manusia
baik yang muslim maupun yang kafir. Masalahnya kaum kafir melepaskan diri dari
amal dan tindakannya dari ruh ilahi robbi, sehingga segala upaya yang
dilakukannya seberhasil apapun akan tetap sia-sia. Sebagaimana firman Alloh:
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (محمد : ٨)
Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah
mengahapus amal-amal mereka.
Sebagai konsekuensi dari sunnatullah ketentuan alamiah yang di bangun Allah SWT,
maka kehidupan di dunia akan terjadi secara alamiah, barang siapa yang berlari
cepat dan bersungguh-sungguh maka akan cepat mencapai tujuan.
Begitu pula nasib
manusia akan terpuruk jika bersaing tidak dengan kecepatan lari yang
sungguh-sungguh. Bangunan semangat berkorban memang harus ditanamkan sejak
kecil. Allah SWT. menyatakan bahwa suatu bangsa (kaum) akan mampu merubah
nasibnya kalau mereka memiliki format ideologi yang membangun visi dirinya
untuk bersaing dan mengalahkan lingkungannya.
Keadaan umat Islam akhir-akhir ini benar-benar memprihatinkan kita semua.
Jumlah umat yang banyak tidak membuat umat ini disegani oleh umat lain.
Diantara hikmah yang dapat diambil dari peristiwa pengorbanan nabi Ibrahim
terhadap putranya ismail adalah menandakan bahwa agama Islam adalah agama yang
mengajarkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan menganjurkan kepada para
pemeluknya agar memiliki semangat berkorban dan rasa kasih sayang kepada
sesamanya. Orang Islam tidak boleh memikirkan urusan pribadinya sendiri. Melainkan
harus berkiprah ditengah-tengah masyarakat dan juga berusaha berjuang untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pengorbanan yang dimaksudkan dalam Islam adalah pengorbanan yang tulus
ikhlas bukan pengorbanan yang semu dan bersyarat. Pengorbanan yang diharapkan
adalah pengorbanan yang didasari rasa cinta kasih dan ridlo ilahi bukan hanya
pengorbanan yang hanya sekedar ikut berpartisipasi.
Akhirnya marilah kita berdo’a kepada Allah SWT agar dengan datangnya idul
qurban ini akan segera tumbuh manusia-manusia pejuang yang bersedia
mengorbankan segala kelebihan yang dimilikinya untuk kepentingan agama, bangsa
dan negaranya dan semoga kita umat Islam menjadi hamba yang dicintai Allah SWT.
amin.
Kyai M. Muslih Al Baroni
Posting Komentar