Kota jenang merupakan sebutan lain dari kota kudus selain
kota huffadz, kota kretek, dan kota wali. Tak tepat kiranya kalau saya bahas
jenang itu seperti apa dan bagaimana pada episode kali ini, dikarenakan khusus
pada episode kali ini saya akan memberitahukan alasan alasan kuat mengapa kudus
dijadikan pilhan utama bagi mereka yang ingin menghafal kitab suci al qur’an.
Mengapa bukan di malang? Tempat berdirinya pondok qur’an
asuhan KH. Bashori Alwi. Mengapa bukan di kota lain selain kota kudus? Mengapa
harus di kudus? Tanpa mencoba membanding bandingkan, Semuanya akan coba saya
jawab dengan tujuh alasan.
Awal mulanya
pertanyaan pertanyaan di atas juga kerap menghinggapi pikiran saya. Semenjak
saya berkonsutasi dengan al mukarrom KH. Zuhri Zaini, dan beliau menyarankan
kudus sebagai tempat yang bagus untuk menggapai keinginan saya, mulailah saya
mencari jawaban jawaban pertanyaan di atas. Dan jawaban pertanyaan itu
terangkum menjadi 7 alasan sebagai berikut :
1. Lingkungan
Alasan yang pertama
adalah lingkungan. Lingkungan sangatlah berdampak pada pembentukan karakter
seseorang. Lingkungan juga sangat berperan penting bagi keberhasilan usaha
seseorang untuk menggapai sesuatu. Seorang anak yang mulai kecil hidup
dilingkungan pencuri tidak mungkin dewasanya menjadi seorang kyai (meskipun itu
tidak mustahil), seorang santri tidak akan bisa berbahasa arab dengan fasih
bila tidak didukung oleh lingkungan yang semua anggotanya juga berbahasa arab.
Intinya, lingkungan sangat penting!.
Di kudus, semua pesantren mayoritas
berorientasi pada tahfidz al qur’an, jadi akan jarang anda
temukan disana pesantren pesantren selain pesantren tahfidz. Disamping dipenuhi
oleh pesantren pesantren tahfidz, masyarakat kudus juga kebanyakan yang hafal
qur’an
(meskipun tidak keseluruhan). Jadi, tidak salah kalau andaikan kudus juga
disebut madinatul huffadz. Dengan adanya lingkungan yang seperti ini, mereka
yang menghafalpun akan terus bersemangat dan tidak merasa berat dalam menghafal
qur’an,
dikarenakan “hafal qur’an”
sudah sangat lumrah disana.
2. Teman
Disamping lingkungan,
teman adalah salah satu faktor penting kesuksesan seseorang. Sebuah ungkapan “seorang
yang berkawan dengan tukang minyak wangi akan terikut wangi meskipun dia tidak
menjual minyak wangi” adalah salah satu yang mengisyaratkan bahwa
pertemanan sangat perlu untuk diperhatikan. Kalau anda ingin mengetahui
karakter, sifat dan dalamya seseorang, maka cukup lihat dengan siapakah dia
berteman.
Di kudus, jangan khawatir soal teman!, karena andaikan anda nyantri
di kota ini dengan maksud untuk menghafal al qur’an,
maka dengan otomatis anda akan berkawan dengan sesama penghafal al qur’an
juga. Dengan begitu proses menghafal akan terasa lebih ringan dan menyenangkan.
Kita bisa saling takrir menakrir dengan seorang teman, anda yang membaca teman
anda yang menyimaknya, begitu sebaliknya. Dan juga Teman anda tidak mungkin
mengajak anda kepada sesuatu yang dapat mengganggu hafalan anda, dikarenakan
dia juga sedang berjuang untuk menghafal.
3. Para guru
Sepengalaman saya,
guru dalam proses menghafal di kota ini ada dua macam. Pertama guru setoran dan
yang kedua guru makhroj. Guru setoran adalah ustadz yang mana akan menerima
setoran hafalan kita tiap harinya, beliaulah nantinya yang akan membenarkan
yang salah dan menentukan apakah kita sudah layak untuk terus melangkah pada
lembar lembar berikutnya atau harus mengulang kembali hafalan yang kita
setorkan keesokan harinya. Terkait dengan hafalan, guru inilah yang berperan.
Yang kedua adalah guru makhroj. Kita tidak diijinkan untuk menghafal dan
menyetorkan hafalan kalau bacaan kita belum memenuhi standart bacaan kudus
(kurang fasih), lengkapnya saya akan ceritakan di item no 4. Intinya, semua
yang terkait dengan bagus tidaknya bacaan qur’an kita, guru
makhrojlah yang berperan. Bagaimana dengan kualitas guru disini?
Jangan
khawatir!. Kalau anda ingin menjadi ustadz setoran, maka syarat sayarat berikut
ini harus dipenuhi.
(1) anda sudah harus hafidz selama kurang lebih lima tahun,
(2) anda sudah harus bisa menghatamkan qur’an dalam 1x 24 jam,
(3) anda juga harus sudah memiliki sanad hafalan,
(4)
anda harus khatam qira’atus sab’ah,
(5) yang terakhir sudah
harus memiliki sanad qira’atus sab’ah.
Bagaimana? syarat
menjadi guru makhroj adalah hafidz, lancar dan menghatamkan makhorijul huruf al
qur’an
tiga puluh juz. Jadi tidak usah
diragukan lagi guru guru yang akan mendampingi anda nantinya.
4. Metode
Untuk masalah
hafalan, dikudus sebenarnya tidak ada satu metode paten yang diharuskan bagi
seluruh santri menerapkannya dalam menghafal al qur’an.
Tapi di Kudus, seseorang tidak akan diijinkan untuk menghafal al qur’an
atau menyetorkan hafalannya sebelum bacaannya sesuai dengan standart fasih
madzhab kudus. Mengapa saya katakan madzhab kudus?
Karena bentuk dan cara yang
diajarkan sangat berbeda dengan apa yang saya pelajari selama enam tahun di
Nurul Jadid. Terutama dalam masalah tata cara pengucapan huruf huruf hijaiyyah
(makhorij al huruf). Pertama di kudus, saya seperti anak kecil umur 5 tahun
yang baru belajar al qur’an. Dan itu berjalan selama kurang lebih 1,5 bulan.
Dan pada akhirnya saya boleh menyetorkan hafalan saya. Ijin setoran bukan
berarti membuat saya bebas dari kewajiban menyetorkan makhroj.
Diawali dengan
menyetorkan ta’awwudz, lulus, pindah ke al fatihah. Lulus, pindah
at tahiyyat. Lulus, baru menyetorkan huruf huruf hijaiyyah satu persatu dari
alif sampai ya ditambah surat surat pendek mulai an naas sampai an naba’. Hingga boyong saya hanya berhasil lulus pada makhroj alif, wawu, lam, mim, nun,
ya, fa, dan kaf. Selebihnya tidak lulus.
Seperti Itulah metode makhroj madzhab
kudus yang saya maksud. Kalau untuk hafalan lebih kepada metode kesadaran individu.
Yang rajin menghafal ya cepat hatam, yang malas menghafal ya lama hatam. Jadi, pulang dari
kudus saya jamin anda akan menjadi orang yang paling fasih bacaan qurannya di
desa anda. Plus hafal al qur’an.
Penulis adalah seorang yang pernah nyantri di Kudus, di
tulis di Kota Bondowoso dan di muat ulang di ISK Kudus

Posting Komentar