Menurut cerita lisan dari para orang tua dahulu, asal nama
Desa Pasuruhan Lor diambil dari sebuah nama daerah di Jawa Timur bernama Pasuruan.
Hal ini lantaran leluhur atau cikal bakal yang telah diyakini sejak dahulu
dari para orang tua hingga turun temurun sampai sekarang, bahwa Mbah Surgi
Murang Joyo adalah pepunden desa yang aslinya berasal dari Pasuruan Jawa
Timur.
Konon, dahulu Sunan
Kudus mempunyai anak yang berguru pada seseorang di daerah Pasuruan Jawa
Timur. Melihat anaknya yang jauh-jauh mencari ilmu dan berguru sampai daerah
Jawa Timur, Sunan Kudus meminta kepada anaknya agar mengajak gurunya ke Kudus
untuk mengajarkan ilmunya di Kudus. Atas permintaan Sunan Kudus, kemudian guru
anak Sunan Kudus bersedia datang ke Kudus. Guru anak Sunan Kudus tersebut
berjalan ke Kudus dengan menggendong anak Sunan Kudus. Setelah menempuh perjalanan
jauh akhirnya sampailah di Kudus.
Saat melewati pintu kembar Menara Kudus, guru anak Sunan
Kudus lemas dan terjatuh di daerah sekitar Jember sebelah barat Menara Kudus.
Melihat kondisi gurunya yang lemas, anak Sunan Kudus kemudian menyuruh anaknya
kembali menemui gurunya agar membaca syahadat. Setelah menjalani apa yang di
perintahkan oleh Sunan Kudus, yaitu membaca Syahadat, maka guru anak Sunan
Kudus dapat berdiri kembali dan minta agar dipertemukan kepada Sunan Kudus.
Singkat cerita, kemudian guru anak Sunan Kudus malah menjadi murid Sunan
Kudus.
Guru anak Sunan
Kudus yang menjadi murid Sunan Kudus, tak lain adalah Murang Joyo. Setelah
sekian lama menjadi muridnya, kemudian oleh Sunan Kudus, Murang Joyo diberikan
suatu tempat untuk menetap di sebelah barat daya. Murang Joyo kemudian berjalan
menuju ke barat daya, sampai pada suatu tempat di persimpangan yang sekarang
dikenal dengan nama Tugu Telon (yang merupakan perbatasan tiga desa Pasuruhan
Lor, Prambatan dan Purwosari). Di tempat tersebut, Murang Joyo kebingungan
mencari tempat yang di maksudkan oleh Sunan Kudus. Hingga Akhirnya Murang Joyo
melihat ke selatan. Ada kilatan cahaya yang menunjuk sebuah pohon Gandri dan
dianggap sebagai pertanda sebagai tempat yang ditunjukkan oleh Sunan Kudus.
Selanjutnya, Murang
Joyo berjalan keselatan menuju arah pohon Gandri. Dalam cerita, Murang Joyo
diberikan wasiat berupa Kembang Putih (bahasa jawa : Sekar Petak) yang
kemudian di kenal menjadi nama sebuah pedukuhan ”Sekar Petak”. Setelah sekian
lama menetap dan mempunyai banyak pengikut, kemudian oleh pengikutnya
pedukuhan ini penjadi sebuah desa dan di beri nama Pasuruhan, merujuk dari
asal nama daerah Mbah Murang Joyo. Dalam perkembangannya, karena semakin
banyaknya masyarakat kemudian Pasuruhan di bagi manjadi 2 bagian yaitu wilayah
selatan dan wilayah utara. Untuk wilayah selatan menjadi Desa tersendiri yaitu
Pasuruhan Kidul dan wilayah utara juga menjadi desa sendiri yaitu Pasuruhan
Lor
Abu Nayya, Pasuruan Lor

Posting Komentar