Berselancar
di twitter melihat twit dari
teman-teman sungguh merupakan suatu hal yang menurut saya menyenangkan. Kita
bisa dapatkan informasi, ilmu, dan sesuatu yang membuat kita berfikir kreatif. Hingga
tak terasa mata saya tertuju pada salah satu twit dari akun Twitter yang saya follow yaitu @VisitJawaTengah milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Jawa Tengah. Ternyata ada lomba blog bertemakan Visit Jawa Tengah. Hal yang
telah lama saya nantikan karena dengan lomba seperti itu, saya bisa
mempromosikan kota saya yang saya cintai yaitu Kota Kudus ke seluruh dunia
melalui dunia maya seperti yang biasa saya lakukan sebagai salah satu admin di akun twitter
@mushollarapi. Ya… selain berharap bisa menang dan dapat hadiah tentunya.
Saya
berasal dari Kota Kudus, asli Kudus, tinggal dan dibesarkan di Kota Kudus, kota
yang terkenal dengan industri kreteknya dan kota yang sangat religius dengan
berbagai tujuan wisata religi dan pondok-pondok pesantren yang terkenal . Kebetulan
Kota Kudus baru saja memasuki usia ke yang ke 466 pada tanggal 23 September
2016 yang lalu, sehingga momen lomba blog bertemakan Visit Jawa Tengah ini
sangat relevan untuk saya ikuti, karena Kudus merupakan salah satu kota yang
cukup menarik dijadikan sebagai tujuan wisata di Jawa Tengah.
Mungkin,
ketika orang berpikir tentang pariwisata maka yang terngiang di benaknya adalah
tempat-tempat menarik untuk berwisata. Namun, disini saya akan mencoba mengulas
segi pariwisata dari sisi kuliner yang langka. Dan tentu, karena saya asli
Kudus maka yang akan sedikit saya kupas adalah kuliner-kuliner langka khas Kota
Kudus.
Berbicara
kuliner khas Kota Kudus, kita tentu sudah mengenal Jenang Kudus yang mendunia,
Soto Kudus yang sudah menjadi menu wajib di berbagai restoran di Indonesia, dan Sate Besusul yang biasa kita temukan di
angkringan. Namun, di sini saya akan membahas kuliner khas Kota Kudus yang
mungkin akan sangat sulit ditemukan di kota-kota lain (ilustrasi gambar berasal dari google dan wikipedia).
Lentog Tanjung
Lentog
itu lontong dan Tanjung itu sebuah kawasan yang berada di Kecamatan Jati Kudus.
Lentog tanjung adalah makanan khas Kudus yang biasanya dijual pagi hari sebagai
menu sarapan. Bahan utamanya adalah lontong yang dibungkus dengan daun pisang,
bukan plastik, bukan juga ketupat dan yang harus ada yaitu sayur nangka muda
yang ditumbuk halus. Masyarakat Kudus biasa menyebutnya “Tewel”. Lentog Tanjung ini sepertinya hanya tersedia
di Kudus saja, karena kemanapun saya pergi ke luar kota, belum pernah saya
temui kuliner Lentog ini.
Untuk
menikmati Lentog Tanjung, sahabat bisa menambahkan sate telur puyuh, sate usus,
bakwan, ataupun kerupuk udang yang selalu disediakan oleh penjual. Tak perlu mengeluarkan kocek yang banyak,
karena satu porsi Lentog Kudus polosan paling hanya dibanderol sekitar 3.000 hingga
4.000 Rupiah dan itu sudah mengenyangkan lho.
Rasa
Lentog Kudus ini sangat pas di lidah. Saat satu per satu lontong yang tercampur
kuah Tewel menyentuh lidah, Sahabat pasti akan ketagihan dan ingin menambah
porsi lagi. Belum lagi jika “dihajar” dengan sate telur puyuh yang manis namun
gurih. Jika beruntung, dalam salah satu kunyahan, sahabat akan merasakan pedas
karena penjual Lentog Tanjung biasanya menaruh jebakan cabe rawit di antara
tumpukan tewel.
Kini
Lentog Tanjung tidak hanya dijual di kawasan Tanjung saja, tetapi hampir di
setiap tempat di Kudus pasti sahabat temui penjual Lentog ini setiap pagi. Nah,
langganan saya biasanya di Jalan Kudus Colo depan Kecamatan Bae atau di Sentra
Kuliner depan Pabrik Rokok Nojorono Bae. Kalau pengen mencari suasana yang
lebih rame, Sahabat bisa menikmati Lentog Kudus di sekitar kawasan Komplek
Gedung Olah Raga Kudus dan Kawasan Wisata Taman Krida Kudus.
Bagi
wanita yang ingin menjaga berat badan, cocok nih sarapan Lentog karena selain
porsinya yang tidak terlalu banyak, serat dari sayur nangka muda ini dipercaya
berhasiat untuk memperlancar pencernaan. Dan bagi kakek nenek yang sudah
ompong, dianjurkan sarapan Lentog Tanjung yang tidak perlu dikunyah ini. Enak
kan, tinggal lep lep dan lep….
Sate Kebo
Sate
yang satu ini tak bakal Sahabat temui di Kota manapun di dunia ini (kecuali ada
yang iseng bikin, hehehehe). Kalau tidak percaya, silahkan dibuktikan. Bahkan
pejabat-pejabat sekelas mantan presidenpun saat lewat di Kudus suka mencicipi
kuliner yang satu ini. Ya… mungkin karena di Jakarta kagak ade kali ye….
Daging
Kerbau adalah alternatif dari daging sapi. Di dalamnya tidak hanya terkandung
roh kuliner yang dahsyat tetapi juga terkandung makna toleransi beragama di
Kudus. Hal ini bisa sahabat rasakan saat perayaan Idul Adha dimana mayoritas
hewan kurban di Kudus adalah Kerbau dan hanya sedikit saja yang menyembelih
sapi.
Untuk
membuat sate kerbau dipilih daging kerbau yang empuk dengan kualitas pilihan.
Pada proses ini, hanya orang yang mengerti dunia “per-kebo-an” saja yang tahu.
Daging kerbau terpilih kemudian di sayat-sayat dan ditumbuk hingga halus.
Bahasa Kudusnya “digecek”. Daging tersebut kemudian direndam dalam bumbu khusus
selama berjam-jam hingga meresap sempurna. Bumbu ini adalah original recepy yang tidak mungkin
Sahabat temui di tempat lain.
Daging
kemudian ditusuk-tusuk dengan tusuk bambu seperti sate pada umumnya dan dicampur dengan bumbu khas sate kerbau.
Naaaah, ini dia uniknya… bumbu sate kerbau berbeda dengan sate ayam apalagi
kambing dan khas banget. Rasa sate Kudus sendiri lebih dominan manis. Jika
ingin pedas, tinggal tambahkan saja irisan cabai.
Untuk
menikmati sate Kerbau, Sahabat harus Visit Jawa Tengah dan mampir ke Kudus.
Sate Kerbau bisa sahabat dapatkan di pagi hari maupun sore hari hingga malam. Sentra
sate kerbau yang terkenal adalah di kawasan ruko Agus Salim, dekat Kawasan
Wisata Religi Menara Kudus, maupun di kawasan Pasar Kliwon Kudus. Bisa juga datang
ke daerah Getas Pejaten karena di situ ada rumah makan Sate Kerbau langganan
mantan presiden kita lho. Kalau langganan saya sih biasanya di dekat Hotel Air
Mancur depan Gaya Busana, cuma sudah lama gak ke situ dan gak tahu masih ada
gak ya….
Pecel Pakis
Pecel
sering kita jumpai di berbagai daerah di Indonesia. Namun, Pecel Pakis mungkin
hanya bisa kita jumpai di Kudus dan itu pun hanya di kawasan wisata Gunung
Muria Kudus. Jika sahabat senang mengikuti tour
ziarah Wali Songo atau hanya sekedar menjajal wisata alam Gunung Muria dan Air
Terjun Montel, maka Pecel Pakis bisa jadi alternatif sebagai santapan yang
sangat lezat dan langka.
Pecel
Pakis ini merupakan makan yang sehat dan menyehatkan. Cocok banget buat sahabat
yang cenderung vegetarian karena pecel jenis ini berbahan utama daun pakis (cychas rumpii) yaitu sejenis
tumbuhan paku-pakuan. Coba deh baca lagi buku biologi sahabat, pasti akan
ketemu dengan tanaman pakis ini di family
paku-pakuan. Sedangkan sebagai pelengkap biasanya akan disajikan bersama kecambah
(tauge), kacang panjang yang direbus, tempe, dan kerupuk (peyek kacang ataupun
peyek teri dan lainnya) dengan paduan bumbu kacang.
Para
peziarah Sunan Muria ataupun para wisatawan yang sedang berlibur di kawasan
Gunung Muria menikmati Pecel Pakis ini sebagai menu makan siang. Kalau saya
sendiri, menikmati pecel pakis ini biasanya setelah ziarah Sunan Muria, ya
walaupun gak sering-sering amat sih. Kuliner Pecel Pakis ini bisa sahabat temui
di rumah-rumah makan di dekat tangga masuk ke makam Sunan Muria. Nah, setelah
ziarah ke Sunan Muria, menuruni anak tangga yang jumlahnya ribuan itu tuh, kita
akan dimanjakan lezatnya santap siang dengan pecel pakis. Kalau saya lebih suka
rasa bumbu yang agak pedas dan dipadu dengan lauk ayam goreng khas Wisata Muria.
Sego Pindang Kebo
Sego
Pindang Kebo (Nasi Pindang Kerbau) adalah makanan khas Kudus berikutnya yang
mungkin sahabat akan sulit temui di daerah lain. Sego Pindang Kebo adalah Nasi
yang di basahi oleh kuah pindang dengan rasa yang manis dan legit berpadu
dengan empuknya daging kerbau yang diiris lembut dan yang paling khas adalah
daun melinjau berwarna hijau yang wajib ada di makanan ini. Kalau sahabat ingin
tahu kuah pindang itu terbuat dari apa, jangan tanya ke saya, karena tugas saya
adalah menyantapnya, bukan membuatnya. Hehehe.
Khasnya
lagi, Dalam cara penyajiannya si pembuat akan menyediakan sambel kecap di
sebuah sendok yang diletakkan di atas Sego Pindang itu. Jadi, jika ingin rasa
pedas ya tinggal dicampur saja sambelnya, jika tidak ingin pedas tinggal dikepret dah tu sambel ke pinggir piring. Unik bukan?
Sego
Pindang ini biasanya disajikan dalam acara hajatan masyarakat Kudus misalnya
acara syukuran kelahiran bayi, syukuran pernikahan, sunatan, dan lain
sebagainya. Yah, kuliner yang satu ini benar-benar menjadi tradisi dan rasanya
Kudus banget deh.
Selain
disajikan dalam acara hajatan, Sego Pindang ini bisa sahabat temui sebagai menu
makanan rumah makan di Kota Kudus. Kalau saya, biasanya langganan di kawasan Sentra
Kuliner Taman Bojana Simpang Tujuh Kudus setelah acara Car Free Day hari Minggu. Di Taman Bojana itu, rata-rata penjual
makanan pasti menjual Sego Pindang ini. Ada yang pakai daging ayam, tetapi yang
khas Kudus banget adalah yang pakai daging kerbau. Biasanya kawasan ini akan
ramai saat jam makan siang.
Untuk
merasakan rasa khas Sego Pindang Kebo, yuk Visit Jawa Tengah dan datang ke Kota
Kudus. Jangan lupa, jika sahabat luar kota ada yang memiliki suadara yang
sedang hajatan di Kota Kudus, pastikan sahabat meluangkan waktu datang ke
hajatan itu, dan temukan Sego Pindang Kebo ini.
Sego Jangkrik Menara
Jangkrik
Bos…. ! Eits, ini bukan lagi ngomongin film Warkop DKI yang terkenal itu ya.
Jangkrik yang satu ini adalah nama kuliner khas kawasan Kauman Menara kota
Kudus yang nggak bakalan sahabat temukan di daerah lain. Jangan berpikir
macam-macam bila mendengar nama Sego Jangkrik. Sego Jangkrik bukan Nasi dengan
lauk hewan jangkrik ya, tetapi nasi yang dipadukan dengan lauk daging kerbau dan kuah
jangkrik.
Entah
mengapa dinamakan Jangkrik. Yang jelas bukan karena Om Kasino “Jangkrik Bos…”
yang pertama menemukannya, tetapi konon katanya Kuah itu sudah ada sejak jaman
Sunan Kudus dan disebut Kuah Jangkrik.
Rasa
Sego Jangkrik ini adalah perpaduan manis, gurih, dan pedas dari kuah jangkrik dengan
hangatnya nasi dan empuknya daging kerbau yang dibuat sedemikian rupa. Kalau
saya boleh bilang, daging kerbau di Sego Jangkrik itu adalah “stik jawa” atau “javanesse
steak” nya Kudus. Karena rasanya yang demikian, maka menurut analisis saya…. Kemungkinan
kuah jangkrik terbuat dari bumbu cabai, bawang, dan ada gulanya sedikit. Hehehehe.
Cara
penyajiannya unik banget, karena Sego Jangkrik ini dibungkus dengan daun jati.
Dan saya yakin, si penjual juga tidak sembarangan memilih daun jati. Daun Jati
yang digunakan pastilah daun jati terpilih yang dapat memberikan aroma sedap ke
makanan.
Bagi
yang ingin merasakan kuliner ini, bisa datang ke kawasan Menara Kudus di Jalan
Sunan Kudus. Namun, bagi pecinta gratisan seperti saya, bisa mencoba nikmatnya
Sego Jangkrik ini saat acara Buka Luwur Sunan Kudus setiap awal Bulan Muharam/
Suro di Komplek Menara Kudus. Jika stok
masih tersedia dan keberuntungan sedang menaungi, sahabat bakalan mendapatkannya
secara gratis.
Madu Mongso
Kudus
terkenal dengan sebutan Kota Jenang. Dan memang, Jenang Kudus sudah ada di
mana-mana, bahkan sudah diekspor ke manca Negara lho. Di Kudus banyak
bermunculan merek-merek jenang yang kesemuanya memiliki rasa yang khas. Namun
ada satu makanan yang mirip jenang ini.
Madu
Mongso namanya. Kalau saya boleh bilang sih makanan ini adalah versi “metal”
nya jenang. Kenapa? Jenang itu makanan yang Kenyal, manis, dan halus teksturnya
sedangkan Madu mongso ini terkenal memiliki tekstur yang kasar dan rasanya rame
banget, manis berpadu asem. Ya mirip-mirip lagu metal yang kasar dan cadas itu lah. Ternyata eh ternyata, Madu Mongso tidak hanya diproduksi di Kudus saja, tetapi Madu Mongso Kudus tentu memiliki cita rasa yang khas.
Bahan
dasar madu mongso adalah ketan hitam yang difermentasikan sehinggga menjadi
seperti tape. Tapi ini bukan tape ketan ya. Setelah terfermentasi, maka rasanya
akan menjadi asem-asem manis gitu deh, dan dibentuk lonjong kemudian dibungkus klobot jagung atau plastik
mirip jenang yang terkenal itu.
Madu
mongso sangat mudah kita jumpai di sentra oleh-oleh Kota Kudus. Biasanya
penjual jenang juga akan menjual madu mongso ini. Madu Mongso akan lebih mudah
kita jumpai saat menjelang dan setelah Idul Fitri. Sentra pembuatan madu mongso
yang terkenal adalah di daerah Kaliputu dan Karang Bener.
Kaliputu
sendiri merupakan daerah yang terkenal dengan Jenang Kudusnya. Berbagai merek
Jenang Kudus berasal dari daerah ini. Uniknya lagi, setiap tahun di bulan
Muharam atau Suro diadakan Festival Tebokan sebagai simbol Asal Usul Jenang
Kudus.
Nah…
Dari sekian kuliner Kudus yang saya sebutkan tadi, rasanya hanya Madu Mongso
ini yang bisa dijadikan oleh-oleh ke luar daerah karena madu mongso ini bisa
bertahan hingga berminggu-minggu. Untuk mendapatkannya, sahabat bisa mampir ke
kawasan kaliputu Kudus dan membelinya di outlet-outlet Jenang di situ, sekalian
membeli oleh-oleh khas Kudus yang lainnya.
Masih banyak kuliner khas Kudus yang mungkin tidak bisa penulis uraikan satu persatu di sini. Misalnya saja Soto Kebo dan Kacang Kudus. Oh iya, untuk Kacang Kudus ini adalah makanan favorit penulis saat musim Lebaran tiba. Kacangnya rasa bawang yang khas dan ukurannya besar-besar. Kalau mampir ke Kudus, coba deh cari Kacang Kudus dan jadikan oleh-oleh untuk keluarga tercinta. Pasti beda dengan kacang-kacang yang lain.
Gimana, penasaran? Makanya Visit Jawa Tengah dan datang ke Kudus. Pokoke, Jawa Tengah Gayeng tenan….
Gimana, penasaran? Makanya Visit Jawa Tengah dan datang ke Kudus. Pokoke, Jawa Tengah Gayeng tenan….
Oleh Anggota Remaja Musholla RAPI
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang
diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa
Tengah @VisitJawaTengah
Posting Komentar