Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq ra berhijrah, sedikit pun tidak
terpikirkan olehnya untuk meninggalkan sesuatu untuk keluarganya. Ia berhijrah
bersama-sama Rasulullah . Untuk keperluan itu, seluruh kekayaan yang ia miliki,
sejumlah lebih kurang 5 atau 6 dirham dibawa serta dalam perjalanan tersebut.
Setelah kepergiannya, ayah Abu Bakar ra yakni Abu Qahafah yang buta
penglihatannya dan sampai saat itu belum masuk Islam mendatangi cucunya, Asma
ra dan Aisyah ra agar mereka tidak bersedih karena telah ditinggal oleh
ayahnya. Ia berkata kepada mereka, “Aku
telah menduga bahwa Abu Bakar ra telah menyebabkan kalian susah. Tentunya
seluruh hartanya telah dibawa serta olehnya. Sungguh ia telah semakin banyak
membebani kalian.”
Menanggapi perkataan kakeknya, Asma ra berkata, “Tidak, tidak wahai kakek. Ayah
juga meninggalkan hartanya untuk kami.”
Sambil berkata demikian ia mengumpulkan kerikil-kerikil kecil kemudian
diletakkannya di tempat Abu Bakar biasa menyimpan uang dirhamnya, lalu ditaruh
di atas selembar kain. Kemudian dipegangnya tangan kakeknya untuk merabanya.
Kakeknya mengira bahwa kerikil yang telah dirabanya itu adalah uang. Akhirnya
kakeknya berkata, “Ayahmu
memang telah berbuat baik. Kalian telah ditinggalkan dalam keadaan yang baik.” Sesudah itu, Asma ra berkata,
“Demi Allah, sesungguhnya
ayahku tidak meninggalkan harta sedikit pun. Aku berbuat demikian semata-mata
untuk menenangkan hati kakek, supaya kakek tidak bersedih hati.”
Asma’ ra memiliki
sifat yang sangat dermawan. Pada mulanya, apabila ia akan mengeluarkan harta di
jalan Allah ia akan menghitungnya dan menimbangnya. Akan tetapi, setelah
Rasulullah bersabda, “Janganlah
kalian menyimpan-nyimpan atau menghitung-hitung (harta yang akan diinfakkan).
Apabila mampu, belanjakanlah sebanyak mungkin.”
Akhirnya setelah mendengar nasihat ini, Asma ra semakin
banyak menyumbangkan hartanya. Ia juga selalu menasehati anak-anak dan
perempuan-perempuan yang ada di rumahnya, “Hendaklah
kalian selalu meningkatkan diri dalam membelanjakan harta di jalan Allah,
jangan menunggu-nunggu kelebihan harta kita dari keperluan-keperluan kita
(yaitu jika ada sisa harta setelah dibelanjakan untuk keperluan membeli
barang-barang, barulah sisa tersebut disedekahkan.)
Jangan kalian berpikir tentang sisanya. Jika kalian selalu menunggu sisanya, sedangkan keperluan kalian bertambah banyak, maka itu tidak akan mencukupi keperluan kalian sehingga kita tidak memiliki kesempatan untuk membelanjakannya di jalan Allah. Jika keperluan itu disumbangkan di jalan Allah, maka kalian tidak akan mengalami kerugian selamanya.”
Jangan kalian berpikir tentang sisanya. Jika kalian selalu menunggu sisanya, sedangkan keperluan kalian bertambah banyak, maka itu tidak akan mencukupi keperluan kalian sehingga kita tidak memiliki kesempatan untuk membelanjakannya di jalan Allah. Jika keperluan itu disumbangkan di jalan Allah, maka kalian tidak akan mengalami kerugian selamanya.”
Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB (PISS-KTB)

Posting Komentar