Ingatlah suata saat kelak bahwa semua teman kita akan kita tinggalkan, dan
di saat itu kita hanya sendiri bersama Allah. Coba kita renungkan jika
seandainya dipastikan pada diri kita, kita akan berpindah ke suatu tempat ke
suatu hutan belantara yang ada pemiliknya, di situ banyak binatang buasnya dan
di situ juga ada istana-istana mewah, apa yang akan kau perbuat ? Surat sudah
datang kepadamu pasti kau akan pindah di waktu yang kau tidak tahu, bisa saat
ini, bisa besok,atau tahun depan tapi pasti datang, apa yang kita perbuat ?
Kita akan pindah kesana, di sana itu tidak ada orang yang kita kenal kecuali
hutan belantara tapi pemiliknya memberikan istana-istana yang mewah, tempat
yang indah dan tempat yang mulia untuk tamu-tamu nya, kalau tidak menjadi
tamunya kita di dalam hutan belantara yang penuh binatang buas yang belum tentu
ada makanan dan barangkali ada jurang api, barangkali ada perangkap dan lain
sebagainya, maka apa yang kita perbuat ? Tentunya kita ingin menjalin hubungan
dengan sang pemilik tempat tersebut, agar apa ? Agar kita sampai disana menjadi
tamunya yang mulia, (maka) lebih-lebih lagi di alam barzah.
Sebelum kita ingin menjalin hubungan dengan Allah, Allah SWT telah menawarkan
jalinan hubungan dengan kita dengan Alqur’an Al Karim, dengan tuntunan para
Nabi dan Rasul. Allah SWT pemilik alam barzah dan alam akhirah sudah
menginginkan kita mendekat denganNya, ingin kau menjadi tamuNya yang mulia di
dunia, tamunya yang mulia di alam kubur, tamunya yang mulia di alam barzah ,
tamunya yang mulia di alam akhirah nanti, ini sudah ditawarkan kepada kita,
cuma kita yang terus menolaknya.
Terimalah tawaran kasih sayang Ilahi ini, ingatlah nanti kita akan pindah ke
tempat itu bukan tempat yang jauh bagaikan dua ruangan yang terpisah dengan
satu pintu, masing-masing pindah semuanya akan melewati pintu itu pindah
kesana, kalau ia orang yang banyak berbuat jahat maka keadaannya seperti orang
yang tadi di sebut dalam hadits, ia berkata “sungguh celaka mau di bawa
kemana jenazahku itu yang penuh dengan dosa, nanti akan dipertanggung jawabkan
oleh Allah SWT”, tapi kalau ia orang yang baik, ia akan berkata “percepatlah
aku ke kuburku, aku akan sampai ke tempat kebahagiaan”.
Di sana keputusan tergantung pada Yang Maha Abadi, Allah. Di mana tempat
kita, apakah di dalam penjara alam kubur, penjara alam kubur lebih dahsyat dari
penjara di dunia, (dan selain itu) ada yang ditidurkan, ada yang diperjumpakan
dengan arwah kerabatnya yang sudah wafat juga, ada yang diperjumpakan dengan
Rasulullah SAW, mana yang kau pilih, ini pilihan sudah di hadapan kita, A B C D
E F mana yang kau pilih?
Beruntung mereka yang memilih ingin
bersama ruh Sayyidina Muhammad SAW, maka jawablah dengan perbuatan, jawablah
dengan niat, jawablah dengan penyesalan atas dosa-dosa kita, jawablah dengan
membenahi diri kita.
Rasul SAW menyampaikan hadits ini, seraya Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di
dalam kitab Fathul Bari Bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan makna hadits
ini, sebagian Ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan kalau sampai suara
itu di dengar oleh manusia maka akan mati, maka itu adalah jeritan jenazah yang
pendosa, kalau jenazah yang shalih maka orang yang mendengarnya akan membuatnya
tenang, namun pendapat lain di dalam Fathul Bari Al Imam Ibn Hajar menjelaskan
pendapat yang kedua adalah bahwa manusia tidak bisa mendengar suara ruh, kalau
manusia mendengar suara ruh maka mereka akan kaget dan terguncang ruhnya dan
wafat, karena suara ruh jauh lebih tajam daripada suara lisan, karena suara ruh
sudah di pendam di bentengi atau di saring oleh getaran pita suara, kalau
seandainya suara ruhnya masih terdengar maka akan membuat manusia wafat, namun
Al Imam Ibn Hajar menukil pendapat yang pertama bahwa suara ruh itu tidak bisa
di dengar dan jeritan ruh para pendosa itu akan membuat manusia ketakutan.
Demikian, tentunya kita berharap tidak satu pun diantara kita
yang hadir ini dalam kehinaan di alam kubur. Semoga kita semua saat jenazah
sudah di angkat,saat tubuh kita di usung ruh kita berkata قَدِّمُوْنِيْ
قَدِّمُوْنِيْ “ percepat, percepat”, segera mendapatkan kebahagiaan
yang kekal. Panjangkan usia kami dalam keberkahan dan kemakmuran dalam hidayah
dan kasih sayangMu Ya Allah.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika Sayyidina Sa’ad ibn Ubadah RA
sakit, Rasul SAW menjenguknya bersama Sayyidina Abdurrahman Ibn ‘Auf dan para
sahabat lainnya, ketika sampai Sa’ad bin ‘Ubadah dalam keadaan sakit dan
tersengal-sengal dan dikira sudah sakaratul maut maka Rasul SAW berkata “
apakah dia sudah menghembuskan nafas yang terakhir”?, maka para sahabat
berkata “ tidak Wahai Rasulallah, belum wafat”.
Maka Rasul SAW
melihat Sa’ad bin Ubadah lalu mengalirlah air mata Rasulullah SAW, para sahabat
melihat Rasulullah SAW mengalirkan air mata, merekapun ikut menangis juga. Maka
Rasulullah SAW berkata :
أَلَا
تَسْمَعُوْنَ إِنَّ اللهَ لَا يُعَذِّبُ بِدَمْعِ اْلعَيْنِ وَلَابِحُزْنِ
اْلقَلْبِ وَلَكِنْ يُعَذّبُ بِهَذَا فَأشَارَ إِلَى لِسَانِهِ أَوْ يرْحَمُ . (
صحيح البخاري
“ Bukankah kalian mendengar? Bahwa Allah tidak mengazab air mata yang
mengalir dan tidak juga hati yang sedih,akan tetapi Allah mengazab sebab ini (
sambil menunjuk ke lisannya SAW ) atau dikasihi sebab lisan. ( HR. Bukhari )
Maksudnya Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa menangisi
mayyit itu yang paling baik kalau tidak bisa bertahan maka jangan bersuara,
cukup mengalirkan air mata saja, tapi jika bersuara pun hal ini bukan hal yang
mungkar dan membuat mayyit tersiksa, tidak. Tapi yang diharamkan adalah
niyaahah, niyahah itu sampai menarik rambut dan menjerit – jerit dan
meronta-ronta lalu menyalahkan takdir, tidak menerima takdir, ini yang disebut
niyahah.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar